SEMARANG, Kabarjateng.id – Pemerintah Kota Semarang tengah mempersiapkan penerapan kurikulum lokal baru yang berfokus pada literasi lingkungan hidup untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya membentuk karakter peduli lingkungan sejak usia dini.
Program ini diperkenalkan secara resmi dalam kegiatan Workshop Penguatan Layanan Pendidikan Ramah Anak sekaligus peluncuran program Gerakan Literasi Lingkungan Terpadu (Gesit), yang digelar di Hotel Dafam Semarang pada Kamis (17/7/2025) pagi.

Acara tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan pendidikan, termasuk Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bambang Pramusinto, yang hadir mewakili Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng.
Turut hadir pula jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan perwakilan dari lembaga PAUD di seluruh wilayah kota.
Dalam sambutannya, Bambang menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari penguatan implementasi Peraturan Wali Kota Nomor 68 Tahun 2020 tentang Sekolah Ramah Anak.
Selain untuk evaluasi, forum ini juga membuka ruang dialog dan pengusulan pengembangan dari pelaksana pendidikan di lapangan.
“Pendidikan karakter pada anak usia dini merupakan prioritas utama Wali Kota. Nilai-nilai yang ingin ditekankan meliputi kesehatan, lingkungan, dan pembentukan sikap peduli terhadap sekitar,” jelas Bambang.
Melalui program Gesit, Pemkot Semarang akan menanamkan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak usia dini.
Salah satu bentuk konkret yang akan diterapkan adalah pembelajaran tentang pengelolaan sampah. Anak-anak akan dibimbing untuk memilah, mendaur ulang, hingga mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat.
“Dengan membiasakan anak-anak sejak dini, kita berharap dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Jatibarang,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Nonformal (PNF) Dinas Pendidikan Kota Semarang, Ratih Herawati, menjelaskan bahwa seluruh satuan PAUD telah diarahkan untuk mulai menyusun kurikulum lokal berbasis lingkungan.
“Materi kurikulum akan disesuaikan dengan pendekatan pendidikan usia dini, serupa dengan konsep muatan lokal. Tujuannya agar anak terbiasa hidup bersih dan sadar lingkungan, serta mampu memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai,” ujarnya.
Ratih menekankan bahwa kurikulum ini juga akan memperkuat pembelajaran karakter dan kepedulian sosial. Diharapkan, melalui pendekatan ini, lahir generasi baru yang lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup di kota.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Pemkot Semarang dalam merespons persoalan lingkungan perkotaan dan memperluas implementasi Gerakan Sekolah Ramah Anak yang telah berjalan sejak tahun 2020. (why)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.