SEMARANG, Kabarjateng.id – Pembangunan jembatan Nogososro, yang menghubungkan wilayah Tlogosari Kulon dan Muktiharjo Kidul di Kota Semarang, akan dimulai pekan depan.
Pemerintah Kota Semarang berencana membangun jembatan Nogososro secara permanen dengan anggaran sebesar Rp 3,9 miliar.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa salah satu sisi jembatan telah ditinggikan sementara menggunakan anggaran BTT (Belanja Tidak Terduga) akibat banjir yang terjadi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Suwarto, mengungkapkan bahwa pemenang lelang untuk pembangunan jembatan Nogososro telah dipilih dan dalam waktu dekat pembangunan jembatan permanen akan segera dimulai.
“Kami meminta Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) untuk segera melaksanakan pembangunan jembatan Nogososro. Mungkin minggu depan pembongkaran jembatan yang lama akan dimulai, kemudian diikuti dengan pembangunan yang baru. Itu menjadi rangkaian,” jelas Warto usai memberikan sosialisasi rencana pembangunan jembatan Nogososro di Balai RW XIV, Tlogosari Kulon, Kamis (20/6).
Warto menjelaskan bahwa jembatan di sisi kanan dan kiri akan dibongkar seluruhnya untuk mempercepat pembangunan. Sosialisasi rencana pembongkaran ini sudah dilakukan.
Masyarakat diharapkan menghindari jalur tersebut selama pembangunan untuk menghindari kemacetan. Pembangunan jembatan permanen ditargetkan selesai dalam waktu tiga bulan.
“Tenggat waktu tiga bulan diharapkan cukup. Jembatan permanen akan menggunakan konstruksi pedaslab dan tingginya disesuaikan dengan jembatan darurat yang ada sekarang. Kalau menggunakan glider terlalu tinggi, maka kami gunakan konstruksi pedaslab agar tidak terlalu pendek,” paparnya.
Selama satu sisi jembatan dibongkar, air sudah mengalir lebih lancar. Dengan pembangunan jembatan permanen, diharapkan masalah penyumbatan di bawah jembatan Nogososro dapat teratasi. Rencananya, juga akan dipasang penyaring sampah sebelum jembatan agar tidak tersumbat.
“Kami akan berkoordinasi dengan wilayah untuk membantu mengangkat sampah yang sering tersumbat di sana. Kami juga akan menurunkan petugas,” katanya.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengaku menerima banyak keluhan dari masyarakat terkait kapan realisasi pembangunan jembatan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa pembangunan jembatan darurat sudah dilakukan menggunakan anggaran BTT mengingat situasi banjir saat itu.
Selanjutnya, Pemerintah Kota Semarang menganggarkan pembangunan jembatan permanen pada APBD 2024.
Pihaknya tidak dapat menganggarkan pada APBD Perubahan tahun lalu melalui swakelola karena Rencana Anggaran Biaya (RAB) mencapai Rp 3 miliar.
“Kalau swakelola sesuai Peraturan Wali Kota maksimal Rp 1 miliar. Padahal, jembatan itu jika dihitung RAB-nya mencapai Rp 3 miliar. Sehingga, harus dilakukan lelang,” terang Ita, sapaan akrabnya.
Proses lelang, lanjutnya, membutuhkan waktu cukup panjang mulai dari penentuan pemenang lelang, masa sanggah, hingga kontrak. Saat ini, pemenang lelang sudah ada dan pembangunan akan segera dimulai.
“Kurang tersosialisasi bahwa ini masih proses. Maka, saya meminta Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan sosialisasi guna memberikan informasi agar masyarakat paham bahwa pembangunan jembatan ini tidak lambat tapi memang sesuai prosedur,” jelasnya.
Ketua LPMK Tlogosari Kulon, Adi Pratondo, juga mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Semarang yang telah menerima aspirasi warga yang diajukan sejak 2021. Namun, karena pandemi Covid-19, anggaran baru tersedia pada 2024.
“Kami harap peninggian jembatan bisa mengatasi air yang melimpas. Jika jembatan tinggi dan ada talud, air tidak akan masuk ke kampung,” ujarnya.
Selama ini, air sering melimpas hingga ketinggian 40-50 sentimeter di wilayah Tlogosari, merendam rumah warga hingga dua hari karena saluran yang tidak lancar. Diharapkan, pembangunan jembatan Nogososro bisa menjadi solusi terhadap persoalan banjir di wilayah tersebut.
“Jika banjir, semua terdampak. Ekonomi, pekerjaan, dan sekolah anak-anak juga,” sebutnya.
Ketua LPMK Muktiharjo Kidul, Muslim, mengatakan bahwa volume kendaraan di jalan tersebut sangat ramai, terutama pada pagi dan sore hari. Oleh karena itu, ia berharap pembangunan tidak memakan waktu terlalu lama.
“Lima bulan terlalu lama. Saya harap tiga bulan cukup. Jangan terlalu lama karena warga kami dan pengguna jalan yang melewati Jalan Nogososro banyak,” ujar Muslim.
Karena pembongkaran dilakukan bersamaan pada sisi kanan dan kiri, pihaknya bersama dengan Polrestabes dan Dinas Perhubungan (Dishub) akan mencari jalur alternatif selama pembangunan berlangsung.
“Insya Allah kami akan mencari jalan alternatif lain yang menghubungkan wilayah ke Bangetayu dan lainnya,” kata Muslim.
Pihaknya juga berterima kasih kepada Wali Kota Semarang yang telah menerima aspirasi warga untuk meninggikan Jembatan Nogososro yang selama ini sering menjadi penyebab banjir di wilayah Muktiharjo Kidul dan sekitarnya. (Dhany / Kabarjateng.id)
1 Komentar