SEMARANG, Kabarjateng.id – Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Semarang menggelar aksi unjuk rasa di depan Balaikota Semarang pada Senin (26/8/2024). Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Pilkada yang tengah dibahas di DPR RI.
Pada awalnya, demonstrasi berlangsung damai. Namun, situasi berubah menjadi ricuh ketika para peserta aksi mencoba mendekati area Balaikota dengan cara merobohkan pagar besi menggunakan tali. Tindakan tersebut memicu ketegangan antara mahasiswa dan petugas kepolisian yang berjaga.

Hingga pukul 16.20 WIB, massa semakin sulit dikendalikan. Mereka terus berusaha masuk ke dalam area Balaikota dengan menerobos barisan aparat kepolisian.
Ketegangan semakin meningkat ketika terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dan petugas setelah pagar Balaikota berhasil dijebol.
Situasi kian memanas ketika beberapa mahasiswa melemparkan botol air ke arah petugas. Untuk meredakan situasi, polisi terpaksa mengambil langkah tegas dengan mendorong mundur massa menggunakan pentungan.
Melalui pengeras suara, petugas kepolisian mengimbau mahasiswa agar tetap tertib dan memberikan kesempatan kepada perwakilan mereka untuk berdialog.
“Adik-adik mahasiswa, sampaikan aspirasi kalian secara tertib. Kami tidak akan bertindak keras jika Anda tidak melakukan provokasi,” ujar seorang petugas melalui pengeras suara.
Ketegangan sempat mereda ketika anggota DPRD Semarang dari Fraksi PDIP, Rahmulyo Adi Wibowo, datang ke lokasi dan mencoba menenangkan massa.
Sebagai mantan aktivis 1998, Rahmulyo berusaha merangkul mahasiswa dan memberikan penjelasan terkait aspirasi yang mereka bawa.
“Kawan-kawan, saya paham. Saya juga pernah berada di posisi kalian. Jangan terprovokasi, mari kita sampaikan dengan kepala dingin,” ujarnya.
Hingga pukul 17.50 WIB, sebagian massa masih bertahan di sepanjang Jalan Pemuda, sementara beberapa mahasiswa memilih masuk ke halaman DPRD untuk melaksanakan sholat magrib.
Langkah Tegas Polda Jateng dalam Mengamankan Aksi Anarkis
Polda Jateng terpaksa membubarkan aksi unjuk rasa yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Semarang setelah situasi beralih menjadi ricuh dan anarkis.
Awalnya, aksi direncanakan berlangsung di depan Kantor DPRD Jawa Tengah, namun massa mendadak beralih menuju Kantor Balaikota dan Gedung DPRD Kota Semarang sekitar pukul 15.00 WIB.
Demonstrasi yang awalnya tertib berubah menjadi rusuh ketika peserta aksi merusak pintu gerbang Balaikota.
Kerusuhan ini memicu gangguan terhadap aktivitas masyarakat di sekitar Jalan Pemuda, dan petugas terpaksa mengalihkan arus lalu lintas guna menghindari insiden yang tidak diinginkan.
Meskipun sejak siang hari polisi terus mengimbau agar aksi berjalan tertib, massa justru semakin agresif dengan melakukan tindakan berbahaya seperti melempar batu dan kayu.
Kepala Bidang Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menyatakan bahwa tindakan anarkis yang terus berlanjut memaksa pihak kepolisian untuk mengambil langkah tegas.
“Kami sudah memberikan kesempatan untuk dialog, tetapi situasi tidak terkendali. Langkah tegas perlu diambil demi menjaga keamanan publik,” jelasnya.
Pada akhirnya, polisi berhasil membubarkan massa dengan menggunakan water cannon.
Sebagian demonstran yang terdorong ke area jalan raya melakukan perusakan terhadap pot tanaman yang kemudian digunakan sebagai senjata untuk melempari petugas.
Setelah penanganan oleh tim gabungan Polrestabes Semarang dan Polda Jateng, situasi berangsur kondusif sekitar pukul 19.00 WIB.
Kombes Pol Artanto menegaskan bahwa tindakan yang diambil oleh petugas sesuai dengan protokol yang diatur dalam peraturan kepolisian.
“Petugas sudah cukup bersabar dan memberikan peringatan. Namun, karena tindakan anarkis terus terjadi, langkah pembubaran harus dilakukan,” tambahnya.
Setelah situasi terkendali, arus lalu lintas di sekitar Jalan Pemuda dan Balaikota kembali normal sekitar pukul 20.00 WIB, dan aktivitas warga pun berangsur pulih. (di)
1 Komentar