SEMARANG, Kabarjateng.id – Dalam rangka memperingati 158 tahun beroperasinya jalur kereta api (KA) pertama di Indonesia, rute Tanggung–Semarang, PT KAI Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang bersama komunitas pecinta kereta api dan warga sekitar menggelar sejumlah kegiatan di Stasiun Tanggung pada Minggu (10/8).
Manager Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo, menjelaskan bahwa kegiatan utama meliputi penanaman pohon, pengecatan monumen roda dan sayap, penyuluhan keselamatan di perlintasan sebidang, serta aksi bersih-bersih stasiun dan lingkungan sekitarnya.

“Penanaman pohon ini menjadi simbol peran historis jalur KA Tanggung–Semarang yang pada masanya menjadi jalur vital untuk mengangkut hasil bumi menuju pelabuhan, sebelum diekspor melalui jalur laut. Sementara itu, pengecatan monumen, edukasi keselamatan, dan kegiatan bersih-bersih merupakan wujud komitmen kami menjaga warisan sejarah sekaligus menciptakan lingkungan perkeretaapian yang aman dan nyaman,” ujar Franoto.
Ia menambahkan, kegiatan tersebut diikuti oleh 45 peserta dari berbagai latar belakang.
Seluruhnya bekerja bersama secara gotong royong, mencerminkan kekompakan dan rasa peduli terhadap peninggalan sejarah.
“Momen ini bertepatan dengan bulan Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga menjadi kesempatan yang tepat untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan kolaborasi antara KAI, komunitas, dan masyarakat,” imbuhnya.
Sejarah Singkat Jalur KA Tanggung–Semarang
Jalur KA Tanggung–Semarang merupakan tonggak awal sejarah perkeretaapian di Indonesia. Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda melalui perusahaan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), jalur ini mulai beroperasi pada 10 Agustus 1867.
Tujuannya adalah mempercepat pengangkutan hasil bumi seperti gula, kopi, dan tembakau dari pedalaman Jawa Tengah menuju pelabuhan Semarang untuk kemudian diekspor ke luar negeri.
Komoditas tersebut sebagian besar dihasilkan dari sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) yang diberlakukan Belanda kala itu.
Kehadiran jalur ini memudahkan mobilisasi barang dari wilayah agraris menuju pusat perdagangan kolonial di pesisir utara Jawa.
Stasiun Tanggung, yang hingga kini masih beroperasi, menjadi saksi bisu perkembangan awal perkeretaapian di tanah air dan menyimpan nilai sejarah yang tinggi.
Franoto menegaskan, peringatan ini bukan hanya ajang nostalgia, tetapi juga dorongan untuk merawat warisan sejarah bangsa.
“Kami berharap semangat pelestarian ini dapat terus terjaga dan menginspirasi generasi mendatang untuk menghargai perjalanan panjang perkeretaapian Indonesia,” tutupnya. (day)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.