SEMARANG, Kabarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang kembali melakukan inovasi di sektor pendidikan dengan meluncurkan program Gerakan Sekolah Sehat.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan para pelajar di Kota Semarang. Peluncuran Gerakan Sekolah Sehat dilaksanakan di TK Negeri Pedurungan, Semarang, pada Kamis (11/7).

Kepala Dinas Pendidikan, Bambang Pramusinto, mewakili Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu, memimpin acara ini.
“Gerakan Sekolah Sehat (GSS) merupakan inisiatif penting untuk meningkatkan kesehatan peserta didik dan lingkungan sekolah. Kami berharap dapat menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman bagi seluruh warga sekolah,” kata Bambang Pramusinto.
Dalam sambutannya, Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang akrab disapa Mbak Ita, menyatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya mengamati peningkatan kasus diabetes dan masalah ginjal pada anak akibat pola hidup tidak sehat, termasuk konsumsi gula berlebih dan makanan cepat saji.
Kondisi ini mendorong semua pihak untuk kembali pada pola makan seimbang, menjaga kebersihan, dan mengurangi konsumsi makanan tidak sehat.
“Melalui GSS ini, kami berharap dapat mengedukasi dan menanamkan pola hidup sehat sejak dini kepada siswa, keluarga, dan lingkungan sekolah,” tambah Mbak Ita.
TK Negeri Pedurungan ditunjuk sebagai sekolah percontohan untuk penerapan Gerakan Sekolah Sehat, baik di tingkat kota maupun Provinsi Jawa Tengah.
“Melalui GSS ini, kami menanamkan nilai hidup sehat sejak dini kepada generasi penerus yang akan menjadi pilar kemajuan Indonesia,” lanjut Bambang Pramusinto.
Bambang menjelaskan bahwa ada lima pilar yang menjadi fokus dalam penerapan Sekolah Sehat, yaitu Sehat Bergizi, Sehat Fisik, Sehat Imunisasi, Sehat Jiwa, dan Sehat Lingkungan. “Kecerdasan, kesehatan mental, dan fisik harus dibentuk sejak kecil. Saat ini banyak anak yang berlebihan mengonsumsi gula, maka mereka harus diedukasi untuk menjalani pola hidup sehat, sehingga ketika dewasa mereka menjadi manusia yang sehat dan terbiasa dengan pola makan sehat,” jelasnya.
Terkait penerapan lima pilar tersebut, Bambang mengakui bahwa Dinas Pendidikan tidak bisa bekerja sendiri.
Sebagai contoh, lokasi TK Negeri Pedurungan yang berdekatan dengan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) memerlukan kerja sama dengan stakeholder terkait, seperti kelurahan, kecamatan, hingga Dinas Lingkungan Hidup.
Dengan kerja sama ini, dampak keberadaan TPS bisa diminimalisir, sehingga tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar.
“Modelnya ada di TK Negeri Pedurungan, nanti bisa direplikasi ke sekolah-sekolah lain, baik SD maupun SMP. Harapannya, tahun ini sebanyak mungkin sekolah dapat menerapkan GSS. Sebenarnya sudah ada embrio di SD dan SMP, tinggal diimprovisasi,” pungkasnya. (day)
2 Komentar