BREBES, Kabarjateng.id – Ratusan warga dari Desa Tembongraja dan Desa Salem, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, menunjukkan semangat kebersamaan dengan turun langsung memperbaiki jalan rusak secara swadaya.
Langkah ini sekaligus menjadi pesan tersirat atas minimnya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur yang sudah lama dikeluhkan masyarakat.

Aksi tersebut berlangsung pada Minggu (21/9) siang di ruas jalan kabupaten yang membelah Kampung Tegalgede, Desa Tembongraja.
Jalan tersebut bertahun-tahun dibiarkan berlubang dan semakin parah kondisinya saat musim hujan, hingga sering memicu kecelakaan.
Sekitar 200 warga terlibat aktif dalam kegiatan ini. Mereka bahu-membahu mengumpulkan dana, membeli material, hingga bekerja langsung di lapangan.
Alih-alih turun ke jalan melakukan protes, masyarakat memilih bergerak nyata dengan tangan mereka sendiri.
“Alhamdulillah, berkat kepedulian bersama, kami sepakat memperbaiki jalan ini tanpa harus terus menunggu janji. Semoga hasilnya bisa bermanfaat bagi semua,” ungkap salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Perbaikan dijadwalkan dimulai Senin (22/9), dengan target pengerjaan sepanjang 230 meter dan lebar 4 meter.
Biaya yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp200 juta, seluruhnya berasal dari swadaya warga, dengan tambahan dukungan dari sejumlah tokoh politik.
Dukungan moral dan material antara lain datang dari anggota Komisi A DPRD Jateng, Orizah Santifa, serta Wakil Ketua DPRD Brebes, Heru Irawanto.
Sebelumnya, sempat muncul wacana untuk melakukan demonstrasi ke kantor Pemkab Brebes.
Namun, berkat dorongan tokoh masyarakat dan pemerintah desa, langkah itu dialihkan menjadi kegiatan positif berupa gotong royong pembangunan.
Ketua Rumah Rakyat Indonesia Kabupaten Brebes, Anom Panuluh, menilai gerakan ini perlu menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah.
“Kesadaran warga untuk berswadaya memang patut diapresiasi. Tapi bagaimana dengan desa lain yang tidak mampu melakukan hal serupa? Ini bisa menimbulkan ketidakadilan dan berujung pada krisis kepercayaan,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Apa yang dilakukan masyarakat Salem bukan hanya sekadar membangun jalan. Lebih dari itu, ia mencerminkan harapan dan kemandirian sekaligus menyiratkan kritik tajam kepada pemerintah daerah: rakyat ingin kehadiran negara terasa nyata, bukan sekadar janji.
Ketika warga memilih bergerak sendiri, itu menunjukkan bahwa menunggu bukan lagi pilihan.
Keswadayaan ini menjadi bukti nyata semangat gotong royong, sekaligus alarm bagi pemerintah untuk segera menanggapi kebutuhan warganya. (wan)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.