SEMARANG, Kabarjateng.id – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, atau yang akrab disapa Mbak Ita, mengambil langkah serius dalam menangani kasus perundungan (bullying) yang belakangan ini viral di media sosial.
Kasus perundungan atau bullying ini melibatkan anak-anak sekolah di Semarang dan telah memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Dalam upaya mengatasi masalah ini, Mbak Ita segera menginstruksikan jajarannya untuk memperkuat langkah-langkah pencegahan, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
Salah satu langkah yang diambil adalah menghidupkan kembali program “Rumah Duta Revolusi Mental” (RDRM).
Program ini, yang dulunya aktif sebelum pandemi COVID-19, bertujuan untuk memberikan edukasi serta sosialisasi mengenai bahaya perundungan.
Mbak Ita meminta agar kegiatan sosialisasi seperti ini diadakan kembali di ruang-ruang publik seperti Simpang Lima dan acara Car Free Day.
Harapannya, dengan lokasi yang strategis, informasi mengenai bahaya perundungan dapat menjangkau lebih banyak masyarakat.
“Saya sudah minta kepada Dinas Pendidikan untuk mengaktifkan lagi program Rumah Duta Revolusi Mental, termasuk kerja sama dengan UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak. Sosialisasi terkait perundungan harus kembali digalakkan,” ujar Mbak Ita pada Selasa (10/9/2024).
Selain itu, Mbak Ita menekankan pentingnya kolaborasi antara orang tua, anak, guru, serta instansi terkait seperti Dinas Pendidikan dan DP3A untuk mengatasi masalah ini.
Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah, serta RT/RW di lingkungan masyarakat, juga dianggap sangat penting dalam melaporkan dan menangani kasus perundungan.
Pemkot Semarang telah menyediakan hotline khusus untuk menerima laporan perundungan dengan kerahasiaan yang dijamin.
Mbak Ita juga menyoroti pengaruh negatif gadget terhadap perilaku anak-anak, mengingat paparan konten digital yang tidak sehat bisa memicu terjadinya perundungan.
Oleh karena itu, ia mengimbau para orang tua agar lebih bijak dalam mengawasi penggunaan gadget anak-anak mereka.
Kasus-kasus perundungan yang baru-baru ini terjadi, termasuk yang melibatkan siswa SD dan SMP di Tembalang serta siswa SMA di Pekunden, telah mendorong Pemkot Semarang untuk mengambil tindakan cepat.
Harapannya, langkah-langkah ini dapat menekan angka perundungan di Kota Semarang. (day)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.