SEMARANG, Kabarjateng.id – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Semarang 1 merespons peluang ekonomi di sektor pariwisata alam dengan membuka pelatihan khusus bagi calon pemandu wisata gunung.
Program ini digelar untuk menjawab kebutuhan yang terus meningkat seiring populernya kegiatan mendaki gunung di wilayah Jawa Tengah.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah, Ahmad Aziz, menjelaskan bahwa pelatihan tersebut merupakan hasil dari analisis kebutuhan pelatihan atau Training Need Analysis (TNA) yang dilakukan oleh pihaknya.
Hasil analisis itu menunjukkan adanya permintaan tinggi dari masyarakat terhadap pelatihan pemandu pendakian gunung.
“Tahun ini, kami memulai program pelatihan baru untuk para calon guide gunung. Ini adalah respons terhadap identifikasi kebutuhan nyata di lapangan,” jelas Aziz saat ditemui di Semarang, Sabtu (2/8/2025).
Berdasarkan data yang dihimpun dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) wilayah Jawa Tengah, terdapat sekitar 15 gunung yang aktif dikunjungi pendaki setiap tahunnya.
Jumlah pendaki pun cukup signifikan, mencapai sekitar 800.000 orang, termasuk wisatawan mancanegara.
“Pendaki dari luar negeri biasanya membutuhkan minimal dua pemandu. Ada yang bertugas membawa perlengkapan, ada yang memandu jalur, bahkan ada yang berperan sebagai penerjemah,” papar Aziz.
Menanggapi kebutuhan itu, Pemprov Jateng membuka satu kelas pelatihan dengan kapasitas 16 peserta sebagai tahap awal.
Dari 300 orang yang mendaftar, hanya 16 orang yang diterima untuk uji coba angkatan pertama ini.
Menurut Aziz, pelatihan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan, tetapi juga membawa manfaat lanjutan (multiplier effect).
Salah satunya adalah aspek keselamatan pendaki. Ia mencontohkan insiden yang pernah terjadi di Gunung Rinjani, di mana pendaki asing mengalami kecelakaan karena minimnya pendampingan.
“Kami juga membekali peserta dengan pemahaman budaya dan adat istiadat yang berlaku di sekitar gunung, termasuk pantangan atau larangan tertentu. Bahkan mereka juga dikenalkan pada tradisi dan cerita yang bersifat gaib yang dipercaya masyarakat lokal,” tambahnya.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan pariwisata pegunungan di Jawa Tengah dan mendorong keterlibatan masyarakat setempat dalam sektor wisata yang aman dan berwawasan budaya. (ris)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.