SEMARANG, Kabarjateng.id – Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSI-SA) Semarang menggagas kolaborasi baru bersama Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah guna memperkuat fungsi masjid sebagai pusat edukasi dan pelayanan kesehatan berlandaskan nilai-nilai Islam.
Kolaborasi ini diresmikan dalam kegiatan bertajuk Sinergi Umat yang digelar di Auditorium RSI-SA pada Jumat (9/5/2025).

Dalam acara tersebut, dr. Vito Mahendra, M.Si.Med, Sp.B, Sub.SpBD(K), selaku Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan RSI-SA, mewakili Direktur Utama, menjelaskan bahwa kerja sama ini bertujuan mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat melalui masjid-masjid binaan DMI Jateng.
“Salah satu langkah awal yang kami tawarkan adalah mendirikan posko kesehatan atau klinik pratama di lingkungan masjid. Tujuannya untuk menciptakan sistem pelayanan yang terintegrasi, cepat, dan berbasis syariah,” ujar dr. Vito.
Menurutnya, RSI-SA juga berencana membangun sistem rujukan dari posko masjid menuju rumah sakit, terutama untuk menangani kasus gawat darurat.
Dengan dukungan DMI Jateng, layanan ini diharapkan dapat dilaksanakan secara terarah dan berkelanjutan.
Selain itu, RSI-SA turut mengedepankan kegiatan sosial melalui program CSR yang didukung Lazis-SA.
Beberapa layanan kesehatan gratis telah dijalankan, seperti operasi katarak, operasi hernia, usus buntu, dan bibir sumbing, yang semuanya ditujukan bagi masyarakat kurang mampu dan didanai oleh Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung.
“Kami tidak hanya ingin menjadi rumah sakit yang menyembuhkan, tetapi juga yang menghadirkan keberkahan bagi masyarakat melalui pelayanan yang berakar pada nilai-nilai keislaman,” tambah dr. Vito.
Dukungan terhadap inisiatif ini juga datang dari Sekretaris DMI Jawa Tengah, Prof. Dr. KH. Imam Yahya, M.Ag, yang menyatakan apresiasinya atas pendekatan spiritual RSI-SA dalam layanan medis.
“Saya merasa terkesan saat dokter di RSI tidak langsung bertanya soal obat, tetapi lebih dulu memastikan apakah pasien sudah salat atau belum. Ini adalah pendekatan yang sangat humanis dan religius,” ucapnya.
Ia juga mendukung penuh rencana pembentukan klinik kesehatan di masjid. Menurutnya, masjid yang berfungsi ganda sebagai tempat layanan kesehatan merupakan gagasan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
“Masjid yang tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga tempat masyarakat mendapat layanan kesehatan, adalah langkah yang tepat,” tegasnya.
Dalam sesi selanjutnya, dr. Vito memaparkan pengembangan layanan terapi stem cell berbasis halal.
Ia menjelaskan bahwa RSI-SA telah menyiapkan prosedur terapi autologous stem cell, yakni pengambilan sel dari tubuh pasien sendiri, lalu diproses dengan standar BPOM dan CPOB untuk kemudian digunakan dalam regenerasi jaringan.
Kegiatan ditutup dengan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) oleh tenaga medis RSI-SA kepada pengurus DMI Jateng.
Pelatihan ini bertujuan memperkuat kapasitas para pengelola masjid dalam menghadapi situasi darurat medis di lingkungan mereka. (af)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.