SEMARANG, Kabarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya melakukan antisipasi dini terhadap banjir dan longsor dengan mengimplementasikan hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Salah satu inovasi yang diterapkan adalah ModAthus (Modifikasi Alat Takar Hujan Sementara).
Setelah Upacara Hari Lahir Pancasila di Halaman Balai Kota Semarang pada Sabtu (1/6/2024), Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, menyerahkan ModAthus kepada empat sekolah dasar (SD). Wali Kota perempuan pertama di Kota Semarang tersebut menyatakan bahwa setelah meresmikan Co-Working Space BRIN pada 20 Mei lalu, kini saatnya untuk mengimplementasikan hasil riset BRIN.

“Tak hanya peresmian, tapi yang penting adalah keberlanjutan. Seperti implementasi uji emisi dengan menggandeng Ojol,” ujar Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Hevearita, Sabtu (1/6/2024).
Mbak Ita menjelaskan bahwa selain ModAthus, terdapat juga alat pendeteksi banjir, longsor, dan curah hujan. ModAthus diharapkan dapat membantu Kota Semarang dalam menganalisis dan mendeteksi bencana, khususnya banjir dan longsor.
Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, Anang Setiawan Ahmadi, mengatakan bahwa BRIN mendukung kebijakan Pemerintah Kota Semarang yang mengusung konsep smart city. “Ini adalah tindak lanjut dari kolaborasi. Hari ini kami meluncurkan hasil kerja sama riset dan inovasi untuk mendukung kebijakan Pemkot Semarang, salah satunya dalam bidang lingkungan yang berbasis industri 5.0,” kata Anang.
Dia berharap Kota Semarang bisa menjadi pionir dalam implementasi hasil riset BRIN. “Mudah-mudahan dengan riset ini, Semarang bisa terbebas dari dampak korban bencana,” ujarnya.
Koordinator Tim Peneliti DAS Kota Semarang BRIN, Hunggul Yudono, menyatakan bahwa BRIN berupaya melibatkan semua pihak, termasuk mahasiswa dan pemerintah kota, melalui riset aksi partisipatif. “Kami menganalisis banjir berdasarkan data hujan yang akurat, dengan mengembangkan instrumen deteksi banjir yang ditempatkan di sekolah dasar (SD),” terangnya.
Penempatan alat di SD bertujuan selain untuk menghasilkan data, juga untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak-anak mengenai bencana. “Anak-anak jadi tahu, kalau hujan besar dampaknya banjir, dan daerah berpotensi longsor sehingga harus waspada,” tambahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, BRIN membuat alat berbasis IT yang dapat memberikan peringatan dini terhadap banjir maupun longsor. “Untuk analisis longsor, BRIN mendeteksi dari tingkat kejenuhan tanah akibat curah hujan,” jelasnya.
BRIN berencana menerapkan ModAthus di 20 titik sekolah dasar di Kota Semarang. “Semakin banyak alat ini diterapkan, semakin bagus. Hari ini baru 4, selanjutnya akan menyusul secara bertahap,” katanya.
Persoalan banjir dan longsor masih menjadi tantangan bagi Pemerintah Kota Semarang. Melalui riset BRIN, berbagai alat canggih seperti pendeteksi longsor, banjir, dan pencemaran udara akan diterapkan di ibu kota Jawa Tengah ini. (day)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.