SEMARANG, Kabarjateng.id – Curah hujan ekstrem yang melanda Kota Semarang selama beberapa hari terakhir mencapai intensitas lebih dari 300 mm per hari, jauh melampaui ambang hujan ekstrem sebesar 150 mm per hari.
Meski demikian, langkah cepat dan terstruktur dari Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berhasil mengurangi dampak hujan deras ini secara signifikan.

Beberapa wilayah yang sebelumnya kerap tergenang kini mulai terbebas dari masalah banjir.
Infrastruktur Kunci Bebaskan Wilayah dari Banjir
Salah satu terobosan penting adalah penyelesaian pembangunan Jembatan Nogososro di Tlogosari. Dengan adanya jembatan ini, aliran air dari Tlogosari Wetan, Tlogosari Kulon, hingga Muktiharjo ke Sungai Tenggang kini lebih lancar.
Hasilnya, wilayah Tlogosari yang dulu menjadi langganan genangan air kini terbebas dari masalah tersebut.
Tak berhenti di situ, Pemkot Semarang bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana juga menggagas proyek multiyears untuk normalisasi Kali Tenggang.
Proyek yang akan dimulai pada 2025 ini bertujuan memperluas kapasitas sungai sehingga mampu mencegah banjir di kawasan Pedurungan, Gayamsari, Semarang Utara, hingga Genuk.
“Persoalan ini sudah lama menjadi pekerjaan rumah. Kami berkomitmen menyelesaikannya demi kenyamanan warga,” ujar Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, dengan penuh optimisme.
Langkah Proaktif di Lokasi Strategis
Selain proyek besar, upaya kecil namun berdampak besar juga dilakukan di berbagai wilayah.
Di Jalan Woltermonginsidi, Kecamatan Pedurungan, peninggian Penghubung Jalan Masuk (PJM) berhasil mencegah genangan air meski hujan deras mengguyur.
Di wilayah Muktiharjo Kidul, pemasangan saluran U-Ditch meningkatkan kapasitas saluran air sehingga limpasan air ke permukiman dapat diminimalkan.
Solusi Jangka Panjang: Giant Sea Wall dan Kolam Retensi
Sebagai upaya jangka panjang, Pemkot Semarang tengah merencanakan pembangunan giant sea wall dan kolam retensi seluas 250 hektare.
Proyek ambisius ini diharapkan menjadi kunci penanganan banjir di wilayah utara dan timur Semarang, yang kerap terdampak luapan air laut dan hujan ekstrem.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Soewarto, menegaskan bahwa infrastruktur yang sedang dibangun tidak hanya bersifat memperbaiki kerusakan, tetapi juga dirancang untuk menghadapi perubahan iklim.
“Hujan ekstrem kini semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. Kita harus menyiapkan tata kota yang lebih adaptif,” jelasnya.
Kota Semarang Menuju Ketangguhan
Langkah-langkah proaktif ini menjadi bukti keseriusan Pemkot Semarang dalam menangani tantangan banjir.
Hasilnya mulai terlihat: wilayah yang sebelumnya menjadi titik banjir kini telah menunjukkan perubahan signifikan.
Dengan terus melanjutkan upaya ini, Kota Semarang tidak hanya mengurangi dampak hujan ekstrem tetapi juga menciptakan kota yang lebih tangguh dan nyaman bagi warganya. (day)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.