SEMARANG, Kabarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus menunjukkan komitmen dalam menangani kawasan kumuh demi menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.
Sepanjang tahun 2023, upaya pengurangan kawasan kumuh berhasil mencatat pencapaian signifikan, dengan total 192 hektar kawasan kumuh yang telah tertangani.

Namun, pencapaian tersebut tidak menghentikan langkah Pemkot Semarang untuk terus melanjutkan program ini hingga kawasan kumuh dapat dihapuskan sepenuhnya.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, atau yang akrab disapa Mbak Ita, menyatakan bahwa tahun 2024 menjadi tahun penting untuk menyelesaikan sisa kawasan kumuh yang tersisa seluas 44 hektar dari total 431 hektar sebelumnya.
“Kami berkomitmen untuk menuntaskan pengurangan kawasan kumuh hingga nol persen. Ini adalah upaya bersama yang melibatkan berbagai pihak,” ujar Mbak Ita saat presentasi di hadapan tim juri Lomba Hari Habitat Provinsi Jawa Tengah 2025, Kamis (9/1), di Hotel Khas Semarang.
Sebagai kota pesisir yang terus berkembang, Pemkot Semarang mengimplementasikan berbagai inovasi untuk menangani kawasan kumuh.
Salah satunya adalah optimalisasi lahan tidur, rehabilitasi kawasan mangrove, serta mempertahankan wilayah yang sudah dinyatakan bebas kumuh.
Di wilayah Kelurahan Tugu, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo, normalisasi Sungai Bringin telah selesai dilakukan. Selanjutnya, normalisasi Sungai Plumbon menjadi fokus, dengan proses pembebasan lahan yang sudah rampung.
Program-program lain juga dioptimalkan, termasuk pengelolaan sampah berbasis komunitas, perbaikan infrastruktur jalan, pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), serta penguatan sistem irigasi.
Pemkot juga mengadopsi langkah adaptasi iklim, seperti pemanenan air hujan, pembuatan biopori, serta penerapan teknologi hidroponik dan aquaponik.
Bahkan, penanaman padi biosalin turut dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan payau.
Dari sisi regulasi, Pemkot Semarang telah mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Penyelenggaraan Kawasan Perumahan dan Permukiman guna memperkuat mitigasi bencana dan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.
“Keberhasilan yang sudah diraih merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai mitra strategis. Kami optimis dapat mengatasi sisa kawasan kumuh hingga tuntas,” tambah Mbak Ita.
Kolaborasi menjadi kunci utama dalam mewujudkan tujuan ini. Pemkot Semarang menggandeng berbagai pihak, termasuk Bank Sampah Mawar Merah, pegiat lingkungan seperti Sururi yang telah mendapatkan penghargaan Kalpataru, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), lembaga pemerintah, akademisi, hingga sektor swasta.
Salah satu kawasan yang menjadi prioritas selanjutnya adalah wilayah Kauman.
Pemkot berharap revitalisasi kawasan ini dapat terlaksana melalui dukungan pemerintah provinsi dan pusat.
Transformasi Kauman diharapkan tidak hanya mengatasi kekumuhan, tetapi juga menjadikannya sebagai destinasi wisata representatif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Langkah ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pengembangan potensi ekonomi.
Dengan tekad yang kuat dan kolaborasi berbagai pihak, Pemkot Semarang optimis dapat merealisasikan lingkungan perkotaan yang lebih baik, berkelanjutan, dan layak huni bagi seluruh warganya. (day)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.