SEMARANG, Kabarjateng.id – Upaya pelestarian satwa dan peningkatan wisata edukasi di Kota Semarang mendapat dukungan baru. Terminal Tipe A Mangkang resmi menjalin kerja sama dengan Semarang Zoo melalui penandatanganan nota kesepahaman pada Senin (15/9/2025).
Kepala Terminal Mangkang, Reno Adi Pribadi, menuturkan bahwa kerja sama ini bukan hanya sebatas dukungan administratif, melainkan juga bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga keberlangsungan satwa serta membangun kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.

“Seiring perkembangan kota, habitat satwa liar semakin terdesak. Karena itu, peran kebun binatang sangat penting agar hewan-hewan tetap lestari dan bisa diperkenalkan kepada generasi berikutnya,” ungkap Reno.
Ia menambahkan, masyarakat juga diharapkan lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.
“Kalau sampah dibuang sembarangan, dampaknya bukan hanya banjir tapi juga merusak habitat satwa. Jika ada hewan liar masuk ke rumah warga, sebaiknya dilaporkan untuk dievakuasi, bukan disakiti,” tegasnya.
Direktur PT Taman Satwa Semarang, Bimo Wahyu Widodo, menjelaskan bahwa kerja sama ini memiliki sejumlah manfaat nyata.
Karyawan Terminal Mangkang mendapatkan tiket gratis masuk kebun binatang, sementara keluarga mereka memperoleh potongan harga hingga 30 persen.
Selain itu, disiapkan 5.000 voucher diskon bagi penumpang yang transit di terminal. Program ini akan berlangsung selama dua tahun.
Menurut Bimo, Semarang Zoo tidak sekadar menyediakan sarana rekreasi, tetapi juga memegang tanggung jawab besar sebagai pusat konservasi.
Program pengembangbiakan satwa dilindungi diarahkan untuk dilepasliarkan ke habitat aslinya atau ditukar dengan satwa dari lembaga konservasi lain.
Hal ini penting untuk mencegah perkawinan sedarah dan menjaga kemurnian spesies.
“Konservasi bukan sekadar memastikan satwa tetap hidup. Lebih dari itu, kami berusaha agar jenisnya tetap lestari sesuai prinsip-prinsip perlindungan satwa internasional,” jelasnya.
Bimo juga menegaskan bahwa Semarang Zoo terus berbenah untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Semua pengelolaan satwa berlandaskan konsep five freedoms, mulai dari kebebasan dari rasa lapar dan haus, bebas dari stres, bebas bereproduksi secara alami, hingga kebebasan berekspresi layaknya di alam liar.
“Meski tantangannya besar, terutama saat satwa berhasil berkembang biak, kami berkomitmen untuk memastikan mereka tetap sehat dengan mekanisme pertukaran antar lembaga atau pelepasliaran ke alam,” pungkasnya. (rs)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.