SEMARANG, Kabarjateng.id – Jelang 100 Hari Kerja Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen, Program Speling menjadi primadona bagi warga desa.
Bagaimana tidak, Program Spelling (Dokter Spesialis Keliling) ini sangat memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan. Cukup bawa KTP, program ini gratis alias tak dipungut biaya!

Singkatnya, program ini seperti layanan kesehatan jemput bola. Jika sebelumnya warga harus ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh maka kini tinggal datang ke titik-titik layanan, salah satunya kantor Balai Desa.
Setelah diluncurkan pada 4 Maret 2025, Program Gubernur Ahmad Luthfi dan Wagub Taj Yasin ini sudah menjangkau sekitar 2 juta orang penduduk Jawa Tengah.
Jumlah tersebut bahkan menjadi yang terbesar untuk jumlah cek kesehatan gratis (CKG) se-Indonesia. Artinya, program Speling ini benar-benar menyentuh lapisan masyarakat paling bawah.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat pun beragam. Mulai dari Tuberkulosis (TBC), deteksi kanker serviks, pemeriksaan kesehatan jiwa, pemeriksaan kusta, serta pemeriksaan ibu hamil.
Efektivitas role model program layanan kesehatan ini juga telah mendapatkan apresiasi dari masyarakat, tenaga medis hingga Menteri Kesehatan.
Lantaran benar-benar membantu meningkatkan kualitas kesehatan warga Jawa Tengah. Apalagi sasaran utama Speling dalam jangka pendek adalah warga di 70 desa kategori miskin di 35 Kabupaten/kota.
Rata-rata 100 orang di setiap desa dengan faktor resiko CA serviks, TBC hingga kehamilan dengan resiko tinggi.
Sejumlah warga yang merasakan langsung layanan Speling dengan terang-terangan ingin kegiatan ini selalu ada di dekat rumah-rumah mereka.
Sela Karainina Putri, warga Desa Karanggondang Pailus, Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, mengaku senang usai pemeriksaan janin di kandungannya.
“Jika biasanya di bidan bayar Rp50 ribu, ini gratis. Lumayan bisa ngirit, uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain,” lanjut Sela.
Sementara Nur Wanti, warga Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar menyatakan hal yang sama. Ia melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim melalui IVA test.
“Saya periksa IVA test. Cek deteksi dini kanker leher rahim tadi,” kata perempuan 37 tahun itu.
“Kegiatan ini perlu dilanjutkan ke depannya. Periksa kesehatan tidak bayar. Harapannya seperti itu,” kata Sumarsono, warga Bulurejo lainnya.
Gubernur Ahmad Luthfi mengatakan ada dua keuntungan yang diperoleh warga dengan memanfaatkan program Speling.
Pertama, jarak balai desa yang dekat dengan tempat tinggal, sehingga lebih irit waktu. Kedua, cukup bawa KTP, maka layanan kesehatan gratis bisa langsung dilakukan.
Dengan didukung dokter spesialis dari tujuh rumah sakit milik provinsi, Dinas Kesehatan, dan rumah sakit swasta, maka warga tidak harus pergi ke Puskesmas atau rumah sakit yang jaraknya bisa jadi jauh dari rumah.
“Sudah 2 juta (orang) lebih. Ini terbesar se-Indonesia, bahkan Menteri Kesehatan mengapresiasi kegiatan kita. Ini untuk menunjang program pemeriksaan kesehatan gratis, sebagaimana perintah Presiden,” kata Ahmad Luthfi, usai mengecek pelaksanaan Program Speling di Kantor Desa Sampetan, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali pertengahan Mei lalu.
Tujuh rumah sakit pemerintah yang ia maksudkan adalah RSUD Prof Dr Margono mengampu wilayah karesidenan Banyumas dan Kedu, RSUD dr Moewardi karesidenan Solo, RSUD dr Adhyatma karesidenan Semarang, RSUD dr Rehatta karesidenan Pati, RSJD dr Amino Gondohutomo karesidenan Pekalongan, RSJD dr Arif Zainuddin karesidenan Kedu dan RSJD dr Soedjarwadi mengampu wilayah karesidenan Kedu dan Surakarta.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yunita Dyah Suminar mengatakan, untuk menangani TBC di Jateng, langkah pertama yang ditempuh adalah menemukan penderita terlebih dahulu.
Maka layanan Speling ini menjadi salah satu ujung tombak keberhasilan menekan angka TBC di Jateng.
Menurutnya, Treatment Success Rate (TSR) atau peluang sembuh penderita TBC besar setelah perawatan rutin, yakni 9 orang dari 10 orang.
“Harus ditemukan dulu kasus TBC ini. Kemudian keluarga atau orang yang di sekelilingnya juga dicek. Dari satu orang yang sakit, tracing-nya minimal delapan orang. Dari situ akan ketahuan, tertular atau tidak,” jelasnya. (di)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.