SEMARANG, Kabarjateng.id – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025, Lembaga Ta’lif wan Nashr (LTN) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang meluncurkan sekaligus menggelar bedah buku biografi ulama bertajuk “Teladan Sepanjang Zaman: Masterpiece Perjuangan Kiai Penggerak di Kota Semarang”.
Karya tersebut memuat 43 esai biografi pendek tentang para ulama dan kiai yang telah berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Kota Semarang.

Kisah yang tersaji dalam buku ini membentang dari masa Sunan Pandanaran pada abad ke-15 hingga kiprah para kiai di abad ke-21.
Ketua LTN PCNU Kota Semarang, Dr. M. Kholidul Adib, S.H.I., M.S.I., menjelaskan bahwa penerbitan buku ini merupakan bentuk penghormatan terhadap para ulama yang telah berjuang menegakkan agama sekaligus mengokohkan nilai kebangsaan.
Ia berharap karya ini dapat menjadi inspirasi bagi para santri untuk meneladani perjuangan dan keteguhan para ulama terdahulu.
“Semarang pada masa lalu dikenal sebagai kota santri. Banyak tokoh besar lahir dan berdakwah di sini, mulai dari Sunan Pandanaran, Kyai Damar, Sunan Terboyo, KH Sholeh Darat, KH Syafii Piyoronegoro, hingga KH Abdullah Umar. Mereka semua telah menanamkan nilai Islam Aswaja yang nasionalis dan mencintai tanah air,” ujar Adib.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kaum santri memiliki peranan penting dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Mereka bukan hanya menjadi penjaga moral dan spiritual, tetapi juga tampil sebagai pemimpin nasional, politisi, akademisi, pengusaha, dan pejuang sosial.
“Kontribusi santri bagi negeri ini sangat nyata. Karena itu, para santri masa kini perlu memperkuat ilmu, keterampilan, dan karakter agar mampu melanjutkan perjuangan para ulama,” imbuhnya.
Adib juga menyoroti bagaimana para ulama terdahulu menunjukkan komitmen tinggi terhadap kemerdekaan bangsa.
Ia mencontohkan kiprah Sunan Pandanaran yang mengirim pasukan Semarang untuk membantu armada Adipati Unus menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1513, serta perjuangan Ki Ageng Galang Sewu bersama Pangeran Diponegoro.
Tidak ketinggalan, dedikasi KH Sholeh Darat yang menanamkan semangat nasionalisme hingga masa kemerdekaan, diikuti perjuangan KH Abdullah Daenuri, KH Thohir, KH Zaini, dan ulama lainnya dalam melawan penjajahan Jepang dan sekutu.
“Melalui buku ini, kami ingin mengajak para santri di Hari Santri Nasional 2025 untuk memperkuat peran dan kontribusinya dalam membangun bangsa menuju Indonesia Emas 2045,” tutup Adib.
Sementara itu, Ketua PCNU Kota Semarang, Dr. KH. Anasom, M.Hum., memberikan apresiasi atas terbitnya buku tersebut.
Ia menjelaskan bahwa sebenarnya ada ratusan ulama pejuang Aswaja di Kota Semarang, namun pada edisi perdana ini baru 43 tokoh yang berhasil didokumentasikan.
“Ke depan, kami berharap akan ada edisi lanjutan yang menulis kiprah para tokoh NU yang masih hidup. Sebab banyak di antara mereka yang layak dijadikan teladan bagi generasi muda, khususnya para santri,” tutur KH Anasom. (arh)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.